Namanya Miftachul Choiriyah. Gadis kelahiran 18 tahun lalu ini telah menyelesaikan studi sekolah menengah atasnya di MAN Tulungagung 1. Mifta, panggilan teman sebayanya. Gadis yang berkaca mata ini hobi melakukan penelitian dan sesekali pergi ke perpustakaan untuk membaca buku.
Belum banyak media yang selama ini meliput sepak terjang gadis yang sekarang berada di Universitas Airlangga ini. Bisa dikatakan ini merupakan liputan perdana untuknya. Bukan bermaksud sombong atau merendahkan, tapi setidaknya kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak berputus asa.
Mifta dan timnya Juara III LKTI Sejarah 2014 |
Rendah hati, kerja keras dan taat pada orang tua, adalah salah satu kunci keberhasilannya saat ini. Sikap terpuji itulah yang menjadi rahasia kesuksesaan studinya. Setelah pulang sekolah, sekitar jam 15:30 WIB ia dedikasikan waktu istirahatnya untuk membantu orang tuanya. Memang bukan pekerjaan berat sebenarnya. Hanya membuat beberapa puluh pentol dan beberapa kilogram mie. Benar, orang tuanya hanya seorang tukang pentol. Mereka berjualan pentol didepan sebuah rumah kecil di Desa Ngranti.
Miftachul Choiriyah (tengah) saat Juara 2 LKTI Nasional di ITS 2015 |
Mifta sadar, untuk mengejar impiannya ia harus melanjutkan studi ke Universitas. Kali ini Fakultas Ilmu Komunikasi jadi incarannya. Kampus yang dipilihnya bukan sembarangan, Universitas Airlangga. Apalagi Ilmu Komunikasi menjadi banyak incaran dan diminati di Unair.
Beberapa cara ia gunakan untuk mampu kuliah dengan tanpa biaya. Beberapa hari lalu saya pernah menjumpainya dengan beberapa brosur info beasiswa. Yups ! benar ia memang sedang mencari beasiswa untuk meringankan beban orang tuanya. Banyak tempat/lembaga penyalur beasiswa yang ia tuju. Setelah menunggu lama akhirnya ia masuk tahap wawancara pada beasiswa di Mahagora.
Suasana saat presetasi dan wawancara penerimaan beasiswa |
Berat sekali perjalanan Mifta menuju Kantor Mahagora untuk mendapat beasiswa. Dari tidur distasiun hingga berjalan sejauh 17 km telah ia lalui. Namun puas sudah akhirnya ia dinyatakan mendapat beasiswa penuh dari Mahagora. Hebat ! satu kata untuk kerjakeras dan perjuangannya.
Sebenarnya masih banyak kisah lain yang mampu menggugah diri kita dan semua anak Indonesia untuk bermimpi. Mifta dan jutaan orang lainnya telah menjadi bukti, ketika kita berusaha tidak ada yang mustahil. Kisah ini memberikan banyak hikmah dan pelajaran. Rendah hati, kerja keras dan taat pada orang tua adalah beberapa kunci untuk menggapai tangga kesuksesan. (nizam/tim)
Sangat menginspirasi , nice share gan
ReplyDeleteterima kasih atas kunjungannya :)
ReplyDelete